"Be Your Self" and "Be More Then"
Rabu, Oktober 28, 2009 | Author: DUNIA REDAKSI PIJAR PAGI

Kata orang hal yang paling membahagiakan jika kita bisa menjadi diri kita sendiri (be your self). Argumen atau asumsi seperti itu telah banyak diterima oleh banyak orang. Mungkin bukan sebuah argumen atau asumsi lagi boleh jadi sudah dianggap sebuah fakta. Memang toh kenyataannya kita akan merasa merdeka, merasa tanpa ada beban hingga merasa bahagia jika kita menjadi diri kita sendiri. Namun sayangnya banyak orang yang menggunakan istilah “menjadi diri sendiri” sebagai alasan untuk tidak berusaha memperbaiki segala kekurangan yang ada dalam diri kita.


“Tidak ada yang sempurna di dunia ini”. Anda setuju? Yang setuju silakan acungkan tangan!
Ya, memang betul di dunia ini tidak ada yang sempurna, terlebih-lebih segala bentuk hasil cipta dan karya manusia. Sesempurnanya sebuah kendaraan bermotor pasti akan mengalami kecelakaan juga. Sesempurnanya rumah anti gempa pasti akan retak juga. Begitu juga manusia. Setiap orang memiliki kekuarangan dan kelebihan. Justru dengan kekurangan dan kelebihan itu lah manusia dengan manusia lainnya bisa saling mengisi dan saling memberi solusi. Bagaimana jadinya jika manusia di bumi ini memiliki kekarangan dan kelebihan yang sama, Lalu sipa yang akan memimpin negara ini? Siapa yang akan mendamaikan perang? Siapa yang akan memberantas kebobrokan di negara ini? Siapa yang akan memberi solusi? Siapa yang akan menjadi pahlawan? Siapa? Saya? (He.. Anda memang pandai memuji).
Namun, sayangnya juga “ketidak sempurnaan” telah di jadikan alasan yang paling jitu untuk tidak berusaha untuk mendekati atau menggapai sebuah kesempurnaan. Walaupun kita tidak akan bisa menjadi seorang manusia yang sempurna bukan berarti kita berhenti dan putus asa untuk berusaha menjadi manusia yang mendekati sempurna atau sederhananya lebih baik (be more then).
Menjadi diri sendiri itu memang bijak dan baik, namun jangan jadikan alasan untuk tidak berusaha memperbaiki kekurangan yang ada dalam diri kita. Bagaimana dengan seorang pencuri, koruptor dan penjilat? Apakah kita akan memakluminya karena mereka telah menjadi diri mereka sendiri. Tentu tidak bukan? Kejahatan tetaplah hal yang harus di berantas. Penyimpangan tetaplah hal yang harus diluruskan. Demikian juga dengan kekurangan tetaplah hal yang harus diperbaiki. Kita ambil analoginya saya (ini hanya sebuah analogi bukan fakta yang sebenarnya semoga hehe...), Jika saya adalah seorang yang peragu, tentu hal itu kurang baik jika terus melekat pada diri saya. Mengapa? Karena itu merupakan sebuah kekurangan yang akan merugikan orang lain khususnya diri saya sendiri. Lalu apakah dengan alasan menjadi diri saya sendiri saya membiarkan sifat peragu itu tetap ada? Tentu tidak bukan? Saya tataplah diri saya sendiri dengan keunggulan yang ada pada diri saya. Namun kekuarangan tetaplah sebuah hal yang perlu kita perbaiki. Jika Anda seorang yang “pemalu” dalam artian malu melakukan hal-hal yang baik, itu pun sebuah kekurangan yang harus kita perbaiki. Tidak mungkin dengan alasan menjadi diri sendiri kita terus menyimpan sifat tersebut dalam diri Anda sampai menungu orang yang mati kelaparan karena Anda malu memberikannya makan? (maaf jika terlalu extrim penjelasannya,,maklum penulis saking semangatnya...hihi...).
Untuk itu jadilah diri Anda sendiri tapi jangan berhenti untuk terus memperbaiki kekurangan yang ada dalam diri kita. Ingat, berpura-pura menjadi orang bukan pencuri lebih baik dari pada menjadi seorang pencuri. Berpura-pura menjadi seorang yang setia lebih baik dari pada kita selingkuh dari pasangan Anda? Benar bukan? Apa Anda akan terima jika pasangan Anda selingkuh karena hanya dengan alasan menjdi dirinya sendiri?^_^.
Oleh: Syaiful Rachman “Sang Kuli Tinta”


NB1: Mohon doakan penulis juga karena toh penulis pun tidak luput dari kekurangan. Semoga penulis bisa memperbaiki segala kekurangan yang ada dalam diri penulis. Terlalu banyak kekurangan yang ada dalam diri penulis yang belum diperbaiki. Dan mohon doanya pula semoga apa-apa yang telah penulis goreskan dapat penulis amalkan pada kehidupan penulis sehari-hari. Amin. Penulis tidak ingin hanya menggoreskan tinta tanpa ada pengamalan yang berarti dalam diri ppenulis pribadi. Semoga.@_@
NB2:
please to make comments, because your comments are so valuable to the author himself ^_^
This entry was posted on Rabu, Oktober 28, 2009 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: