TAPAK TILAS OF “PIJAR PAGI
Sabtu, Desember 13, 2008 | Author: DUNIA REDAKSI PIJAR PAGI

Tepat pada tanggal 16 Januari 2006, sebuah organisasi yang bergelut dalam dunia jurnalistik atau pers (press) lahir di civitas akademika SMA Negeri 4 kota Tasikmalaya. Organisasi ini dibentuk oleh beberapa siswa-siswi SMAN Patas (SMA empat tasikmalaya) yang peduli akan kemajuan sekolahnya. Pembentukkan organisasi ini berawal dari keinginan beberapa siswa dan guru yang menginginkan adanya media informasi dan komunikasi di SMAN Patas. Maka untuk mencapai keinginan tersebut beberapa siswa yakni Syaiful Rahman (sam) dan Robi miftah (JS) mencoba mengumpulkan siswa-siswi kelas 1 dan 2 untuk merapatkan pembentukkan organisasi jurnalistik. Namun, gagal. Tapi perjuangan tidaklah putus sampai disitu saja. Sam mencoba mengumpulkan beberapa siswa dari kelas 2Ipa.4 (green Army) yang dianggap siswa-siswinya memiliki potensi kreativitas yang cukup tinggi. Dan ternyata dugaan itu tidaklah salah. Banyak siswa green army yang cukup antusias terhadap pembentukan organisasi ini. Maka rencana rapatpun diputuskan. Tepatnya di kelas 2 IPA.2 rapat pembentukan diselenggarakan. Kemudian Kelas 2 IPA2 ini akan menjadi saksi bisu sejarah awla terbentuknya Pijar Pagi.

Ketika rapat telah dimulai seluruh anggota rapat mencoba menyamakan tujuan dan harapan yakni terbentuknya sebuah organisasi jurnalistik. Tidak diduga hal itu memberikan dampak pada lancarnya acara rapat. Tak lama ketika rapat mencapai endingnya. Terjadi polemik dalam memberikan nama organisasi ini. Beberapa nama diajukan tapi belum mencapai kesepakatan. Sam pun menyarankan agar nama redaksinya ada unsur kata “pikiran pelajar”. Hingga akhirnya Yulia (chawit) mengajukan nama PIAJAR PAGI sebagai nama redaksinya. PIJAR PAGI ini kepanjanagan dari PIkiran pelaJAR Patas GItuh. Seluruh anggota rapat menyetujuinya hingga resmilah Pijar Pagi tercatat dalam sejarah.

Pijar Pagi dinahkodai oleh Sam sebagai Pemred (pemimpin Redaksi) dengan beberapa divisi yakni divisi editor (Auh 715 & Harby,), divisi lay outer (Chawit, Achie & Ipoet), divisi distributor (Ivenk, V-men, looker &ies)r, divisi fotografer (JS), divisi reporter (Zeeput & Guncha), divisi ilustrator (rere) dan sekretaris redaksi (arale) serta bendahara (miyuki) sebagai tim administrasi redkasi.

Dengan motonya Aktif, Unik dan Kreatif Pijar pagi terus mengembangkan sayapnya hingga akhirnya Pijar Pagi menjadi organisasi yang paling muda tapi tidak kalah mutu dalam hal kreativitas dan administasi. Tim redaksinyapun terus bertambah dengan datangnya Handoko (harby), Rendy (wenk) dan winia (nie).

Pijar pagi terus mengembangkan kreativitasnya walaupun disaat penerbitan mading edisi perdana menjadi sorotan. Baik itu yang memeuji maupun yang mengkritik. Tapi itu semua hanyalah episode pijar pagi dalam beradaptasi dengan warga SMAN Patas.

Pijar Pagi selau mengadakan kumpulan setiap hari Jumat dan Sabtu untuk pemproduksian mading dan juga membahas masalah internal dan eksternal pijar pagi. Dari seringnya mengadakan perkumpulan tersebut memberikan dampak positif terhadap kekompakan tim redaksi. Walaupun ada beberapa anggota yang belum disiplin. Anggota tim redkasi yang heterogen dengan berbagai macam karakter dan watak menjadi modal Pijar Pagi untuk lebih maju lagi. Karena dengan perbedaan itu pijar pagi dapat saling melengkapi hingga menjadi sebuah organisasi yang kuat dan penuh dengan rasa toleransi dan kekeluargaan seprti sebuah beton yang kokoh.

Pijar pagi memiliki tugas untuk memberikan informasi yang sebaik-baiknya informasi yang bermanfaat bagi warga SMAN Patas. Pijar pagi menggunakan media mading sebagai cara untuk penyampaian informasi tersebut.

Mading pijar pagi ini diterbitkan seminggu sekali pada setiap hari senin. Namun pijar pagi tak pernah kehabisan kretivitasnya, terbukti setiap edisi selalu menampilkan sesuatu yang berbeda. Bahkan ketika mengadakan studi banding dengan SMANDA (SMA Negeri 2 Tasikmalaya) yakni Jurnalis 261 tidak kalah kreatifnya. Walaupun demikian pijar pagi tak pernah besar kepala karena tantangan sebenarnya masih belum dimulai.

Dengan kemajuan pijar pagi yang meroket membuat organisasi lain jera. Tapi dalam hal ini pijar pagi selalu mengedepankan kedewasaan dan realistis selayaknya jiwa jurnalis yang sejati. Semua konflik, isu negatif dan sebagainya di hadapi dengan kepala dingin. Kenapa tidak, pijar pagi mempunyai komitmen untuk menjadi sebuah organisasi kebanggan SMAN PATAS selain karena kreativitasnya dan prestasinya tapi jga citra, jiwa dan pribadi Pijar Pagi yang berkarakter dan profesional serta berahlak. Tidak dipungkiri pijar pagi terus tumbuh dengan tim redaksi yang solid dan penuh kebersamaan juga kekeluargaan. So, maju terus PIJAR PAGI! Jangan pantang menyerah. Terus junjung tinggi kode etik jurnalistik. Tunjukan jiwa dan naluri jurnalistik yang sejati.

ENGLISH VERSION:

Right on 16 January 2006, an organization that romp in the world of journalism or of the press (the press) was born in the civitas academic SMAN 4 Tasikmalaya town. This organization was formed by some students SMAN Patas (four tasikmalaya) who cares about school progress. Pembentukkan this organization was the desire of some students and teachers who want the information media and communications in SMAN Patas. But the desire to achieve some of these students that Syaiful Rahman (sam) and Robi Miftah (JS) try to gather students class 1 and 2 for a single organization pembentukkan journalism. However, it failed. But the struggle is not just there to drop out. Sam tries to collect a few students from the class 2Ipa.4 (Army Green), which are considered student-siswinya have the potential of high creativity. And allegations that it is not wrong. Many students green army enough enthusiasm to the formation of this organization. But the plan rapatpun disconnected. Precisely in the class 2 IPA.2 meeting held formation. Class 2 IPA2 then this will be a silent witness history awla terbentuknya Pijar morning.

When the meeting has started meeting all of the members try to make the goals and the expectations of a journalism organization. It is not alleged to affect events lancarnya meeting. Not long when the meeting reached endingnya. There was a polemic in the name of this organization. Some of the names submitted but have not reached agreement. Sam also suggested that the name element redaksinya have the word "mind of students." Until finally Yulia (chawit) submit the name as the name PIAJAR PAGI redaksinya. PIJAR PAGI kepanjanagan this student's mind Patas GItuh. All members agreed to the meeting resmilah morning Pijar recorded in history.

Pijar dinahkodai morning by Sam as Pemred (Editors leader) with multiple divisions namely division editor (Auh 715 & Harby,), a division lay outer (Chawit, Achie & Ipoet), a division distributo (Ivenk, V-men, looker & ies) r, division photographers (JS), a division reporter (Zeeput & Guncha), a division illustrator (rere) and the editorial staff secretary (arale) and treasurer (miyuki) as the team redkasi administration.

On the motonya, Unique and Creative Pijar morning for me to hold the organization Pijar morning to be the most youthful, but not less in terms of quality and creativity administasi. Redaksinyapun growing team with the arrival Handoko (harby), Rendy (wenk) and winia (nie).

Pijar morning continued to develop despite the kreativitasnya publishing mading edition of a beam. Whether it is memeuji and criticize. But it's all just red-hot morning in the episode with the adaptability of SMAN Patas.

Pijar selau the morning of every Friday and Saturday for pemproduksian mading and also discuss the internal and external problems incandescent morning. Frequency of the association is to provide a positive impact on the editorial staff team togetherness. Although there are some that are less disciplined personality. Redkasi team members with a heterogeneous range of characters and character to become the capital Pijar morning to forward again. Because of differences with the incandescent morning can complement each other to become an organization that is strong and full of taste and tolerance seprti a family of solid concrete.

Pijar morning has a duty to provide information that the most of useful information for citizens SMAN Patas. Pijar morning mading use media as a way for the delivery of information.

Mading incandescent published this morning once a week on every monday. Incandescent morning but never runs out kretivitasnya, terbukti each edition always show something different. Even when an appeal with the study SMANDA (SMAN 2 Tasikmalaya) that is not less 261 Jurnalis creative. However incandescent never morning because of the big challenges is actually still not started.

With the progress of the red-hot morning meroket make other organizations wary. But in this red-hot breakfast is always the maturity and realistic as a sincere soul journalists. All conflict, issues and so negative in the face with a head cold. Why not, incandescent am committed to become an organization kebanggan SMAN PATAS than because kreativitasnya and performance but jga image, personal life and Pijar Morning berkarakter and professional and berahlak. Not denied incandescent morning continue to grow with a solid team of editorial staff and also full of togetherness. So, progressive PIJAR PAGI! Do not give up abstinence. Junjung hold high journalistic code of ethics. Show the soul of journalism and pure instinct.

STRUKTUR TIM REDAKSI “PIJAR PAGI” ANGKATAN 001 <>

Penanggung jawab : Wakil Kepala Sekolah Bidang kesiswaan

Pembina : 1. Asep Trimulyana, Spd. 2. Dra, Trisnawati Tarabubun

Pemimpin Redaksi : Syaiful Rachman ($@m)

Sekretaris Redaksi : Fitrya NB (Aral3)

Bendahara : Deni Sihombing (Miyuki)

Divisi-divisi:

1. Editor : 1. Agung Yulianto (Auh 715) 2. Handoko (harby)

2. Fotogarafer : 1. Robby Miftah (JS)

3. Reporter : 1. Gunawan (guncha) 2. Monica (zeeput)

4. Lay Outer : 1. Yulia Ismawati (Ch4wit), 2. Ayu (Achi3), 3 Dini (ipoet)

5. Distributor : 1. Firmansyah (V-men), 2. Irfan (ivenk), 3. Asep (look3r) 4.I3s(Aisyah)

6. Ilustrator : 1. Rina (Rere)

Read More..
Love Story Off Lizard (Kadal)
Sabtu, Desember 13, 2008 | Author: DUNIA REDAKSI PIJAR PAGI



Oleh : Ur sister in ISLAM

Ini sebuah kisah nyata yang terjadi di Jepang.

Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok. Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor kadal terperangkap diantara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah paku.

Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek paku itu, ternyata paku tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.

Apa yang terjadi? Bagaimana kadal itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun??? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal. Orang itu lalu berpikir, bagaimana kadal itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu!

Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan kadal itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. kemudian, tidak tahu darimana datangnya, seekor kadal lain muncul dengan makanan di mulutnya ....Subhanallah.

Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor kadal lain yang selalu memperhatikan kadal yang terperangkap itu selama 10 tahun. Sungguh ini sebuah cinta...cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor kadal itu. apa yang dapat dilakukan oleh cinta? tentu saja sebuah keajaiban.

Bayangkan, kadal itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu menganggumkan.

Saya tersentuh ketika mendengar cerita ini. Lalu saya mulai berpikir tentang hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, saudara lelaki, saudara perempuan.....Berusahalah semampumu untuk tetap dekat dengan orang-orang yang kita cintai . JANGAN PERNAH MENGABAIKAN ORANG YANG ANDA CINTAI I!!! Sebuah catatan dari Cae Hiew : "Cinta membuat jiwamu muda kembali dan menghilangkan semua keriput"

They say that to err is to slip is never a sin; instead, it's a chance to get back upand climb the hill again.Take the setbacks in stride and make failure a time of reflection.Remember that it takes practice should you hope to gain perfection.
Even if you veer from the path and find yourself astray,

if you hold your dream dear, you'll eventually find the way.
And when you look back at the trials you endured in the past, it will be such an incredible feeling,
to know that you made it at last.

Read More..
Dengan Jilbab, Cantik di Dunia dan Akhirat
Sabtu, Desember 13, 2008 | Author: DUNIA REDAKSI PIJAR PAGI

Oleh Eko Prasetyo

Berkah terbesar dari Allah SWT adalah iman dan hidayah. Salah satu di antaranya adalah hijab. Tidak ada anugerah dan pertolongan terhadap seorang perempuan yang lebih besar daripada petunjuk dan hijab. Allah SWT berfirman: ”Janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang nampak daripadanya” (QS An-Nur: 31).

Betapa indah Islam mengatur segala sesuatu bagi kemaslahatan umat manusia. Jikalau mau disadari dan dipahami, peraturan dan perintah Allah itu diberikan untuk kebaikan hamba-Nya sendiri. Tak terkecuali, perempuan. Diperintahkan, seorang muslimah harus menghijab dirinya dengan sempurna. Karena itu, berjilbab menjadi wajib hukumnya bagi setiap akhwat atau perempuan muslim.

****

Akhir 2007 membawa kenangan tersendiri bagi saya pribadi. Ketika itu, di beberapa wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah dilanda banjir hebat. Penyebabnya, Sungai Bengawan Solo meluap. Memang, meluapnya sungai tersebut disebabkan hujan yang tak kunjung reda hingga berhari-hari waktu itu. Tak pelak, wilayah sekitar sungai tersebut bisa dipastikan terendam banjir.

Hanya ada satu pintu air untuk Bengawan Solo, yakni di Jawa Tengah. Karena itu, beberapa daerah di Jatim yang dialiri sungai tersebut kena dampak banjir yang merupakan bencana akhir tahun itu. Selain Solo, Blora, dan Cepu, beberapa kota di Jatim seperti Ponorogo, Ngawi, Magetan, Madiun, Trenggalek, Tuban, dan Lamongan dilanda banjir besar. Namun, yang tak bisa saya lupakan hingga sekarang adalah banjir di Bojonegoro.

Bantuan makanan dan obat-obatan dari para donator segera dikerahkan di wilayah-wilayah tersebut. Sayang, saya tak bisa menjangkau ke Kota Bojonegoro yang dua pertiga wilayahnya kena banjir paling parah. Pasalnya, akses masuk ke kota itu sulit karena jalan masuk ke sana di Lamongan dan Tuban juga dilanda banjir parah.

Evakuasi terhadap warga yang menjadi korban banjir intens dilakukan. Di daerah yang sulit terjangkau tim relawan dari sipil dan militer, beberapa warga terpaksa mengevakuasi anggota keluarga mereka sendiri. Hujan yang turun berhari-hari, ditambah meluapnya Bengawan Solo, membuat rumah-rumah warga korban banjir hanya terlihat gentingnya.

Banjir luapan Bengawan Solo menyisakan kisah mengharukan. Seorang rekan wartawan merekam kisah seorang korban. Yati, seorang ibu asal Cepu, berhasil menyelamatkan dua anaknya dengan menumpang perahu milik tetangganya. Selain kedua anaknya, dia sempat membawa seekor kambingnya. Nahas, perahu yang mereka tumpangi diterjang arus deras dan terbalik ke sungai. Bisa menguasai diri, Yati berupaya mengejar kedua anaknya yang terbawa arus sungai. ”Saya teriak-teriak minta tolong dan terus menyebut asma Allah, tapi tidak ada yang menolong. Saat itu sekitar pukul 23.30, ” tuturnya.

Beruntung, lanjut Yati, anaknya tersangkut di tanaman yang dia sendiri tidak tahu apa namanya sehingga dapat dia gapai. Sedangkan kambingnya terus meluncur bersama derasnya air dan hanyut ke Bengawan Solo.

Bencana banjir akibat luapan Bengawan Solo akhir tahun lalu benar-benar dahsyat. Namun, di Bojonegoro itulah saya tak henti mengucapkan tasbih. Seorang ibu paro baya yang terjebak di area banjir berhasil menyelamatkan diri setelah bergantung di potongan kayu. Ketika bisa diselamatkan oleh warga, sang ibu itu tak membawa apa-apa kecuali Alquran kecil dengan tetap memakai jilbab besar meski basah kuyup. ”Saya sudah pasrah ketika itu, ” akunya.

Subhanallah, berjuang saat menghadapi maut, ibu itu masih sempat menyelamatkan Alqurannya. Dalam kondisi bertaruh nyawa, beliau pun mampu bertahan dengan kehormatannya sebagai muslimah: memakai jilbab. Kejadian-kejadian tersebut tidaklah kecil dan sederhana jikalau kita menangkapnya sebagai sebuah pertanda kebesaran Allah.

***

Dalam berbagai kesempatan, entah di kampung, mal, pasar, kampus, ataupun kantor, saya banyak mencatat hal yang kontradiktif di sekitar. Hal tersebut adalah masalah jilbab. Di negara yang mayoritas warganya adalah muslim ini, jilbab masih dipandang sebagai pelengkap atau aksesori dalam berbusana bagi perempuan. Gaya hidup glamor ala Barat ditambah pemahaman terhadap agama yang kurang membuat sebagian masyarakat memandang sebelah mata masalah jilbab. Tak heran, masih banyak perempuan muslim mengenakan jilbab, tapi lekuk tubuhnya masih terlihat. Masya Allah.

Saya sangat tidak sependapat bahwa busana muslimah itu harus fashionable atau mengikuti mode. Sebab, hal ini bisa mengaburkan esensi kewajiban berjilbab. Bila ini terjadi, perempuan bisa mengenakan jilbab sambil memakai kaus dan celana ketat. Astagfirullah. Ini sudah banyak terjadi di masyarakat kita. Mulai remaja putri, mahasiswi hingga ibu-ibu. Padahal, jilbab secara sempurna adalah keharusan bagi seorang muslimah, bukan pilihan. Dalam Alquran Allah SWT berfirman: ”katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya..” (QS Al-Ahzab: 59).

Pengalaman ibu berjilbab besar yang selamat dari musibah banjir Bojonegoro tadi adalah salah satu contoh bagaimana seharusnya seorang perempuan menjaga kehormatannya. Jangan lagi perempuan memperturutkan keindahan nafsu dan ego dengan memakai pakaian secara serampangan yang memamerkan tubuhnya. Apa artinya dipuji karena memamerkan tubuh indah jika itu sangat dimurkai Allah SWT.

prasetyo_pirates@yahoo.co.id


Read More..
kisah Rosihan Anwar, sang wartawan sejati
Sabtu, Desember 13, 2008 | Author: DUNIA REDAKSI PIJAR PAGI

Rosihan Anwar (02)

Kesetiaan Wartawan Sejati

Bidang jurnalistik yang digelutinya benar-benar dimulai dari bawah. Meskipun korannya dibredel oleh Presiden Soekarno dan Soeharto, ia tak pernah berhenti menulis. Rosihan Anwar boleh dibilang legenda hidup pers Indonesia. Karena itu tak heran jika ia mendapat penghargaan Anugerah Kesetiaan Berkarya sebagai Wartawan.

Penghargaan itu diterima Rosihan di hari ulang tahun ke-40 Kompas. Menurut Aida, anaknya, desas-desus mengenai penghargaan itu sebenarnya sudah lama didengar ayahnya. Tapi, kata Aida, “Bapak sih biasa saja.”


Memang seperti itulah adanya Rosihan. Bagaimana pun, ia dinilai konsisten dalam berkarya sebagai wartawan. Karier di bidang jurnalistik ditekuninya dari bawah sebagai reporter Asia Raya di masa pendudukan Jepang tahun 1943 hingga menjadi pemimpin redaksi Siasat (1947-1957) dan Pedoman (1948-1961). Selama enam tahun, sejak 1968, ia menjabat Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Tulisan terbaru pria kelahiran Kubang Nan Dua (Sumatera Barat), 10 Mei 1922, itu yang dimuat harian Kompas pada 9 April 2005 adalah laporan kunjungannya dari Afrika Selatan. Tulisan in memoriam terbarunya adalah Mengenang 100 Tahun Adinegoro yang dimuat 14 Agustus 2004. Kalau buku, sudah sekitar 30 jumlahnya. Yang baru, misalnya Sejarah Kecil, Petite Histoire Indonesia, terbitan Penerbit Buku Kompas, Juni 2004.

Bidang jurnalistik yang digelutinya benar-benar dimulai dari bawah, sebagai reporter surat kabar Asia Raya di masa pendudukan Jepang tahun 1943 hingga menjadi pemimpin redaksi Siasat (1947-1957) dan Pedoman. Meskipun dibredel oleh Presiden Soekarno dan Soeharto, Rosihan tak pernah berhenti menulis.

Pertimbangan lain dari pemberian anugerah itu adalah karena Rosihan seorang wartawan yang bersungguh-sungguh mencari fakta. Ia membingkai fakta itu dalam satu pikiran. Ia menuliskannya dengan teknik penutur kisah tradisional, seperti orang berkabar dengan segala sesuatu dilakukan secara santai, enak, dan ringan. Namun tidak serta-merta menjadi dangkal.

Selain kepuasan telah memimpin surat kabar Pedoman, Rosihan merasa pencapaian tingginya adalah ikut membesarkan Kompas. Salah satu yang memberi kepuasan kepadanya adalah ketika sekitar tahun 1966 ia diminta salah seorang pendiri Kompas, PK Ojong, menulis peta bumi politik. Waktu itu adalah zaman dualisme Soekarno-Soeharto sehingga orang ingin tahu perkembangan politik.

Cara menulisnya cukup unik, yaitu menulis nomor di setiap fakta, menjadi semacam memo reportase. Antara nomor satu dan dua kadang-kadang tak ada hubungan. Namun fakta itu dibeberkan menjadi mosaik peta bumi politik.

“Saya anggap itu pencapaian yang baik. Banyak orang bertanya kepada saya, kenapa dikasih nomor, karena saya menulis reportase. Karena tidak bertele-tele, orang bisa menguji fakta dan analisis saya,” katanya.

Sistem kartu
Pencapaian lain yang dinilai memuaskannya adalah ketika menulis serial reportase kunjungan Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Khrushchev tahun 1960. Ia mengikuti kunjungan Khrushchev itu di Bandung, Yogyakarta, Bali, dan Maluku selama dua minggu. Ia tahu kantor berita telah menulis fakta. Maka ia menulis kisah di balik fakta dan warna-warnanya, misalnya Bung Karno yang berdansa di Istana Tampak Siring. Ia memberi judul Safari Nikita. Orang pun senang membacanya karena disajikan dengan storytelling (bercerita).

Sampai sekarang, Rosihan masih rajin membaca buku. Yang lagi diminatinya sekarang adalah buku setebal 1.200-an halaman karya wartawan Belanda Geert Mak berjudul In Europa, reizen door de twintigste eeuw (Di Eropa, Berjalan-jalan Selama Abad 20). Ia tidak bisa berhenti membacanya karena menarik. Kalimatnya pendek dan bergaya soundbite (kutipan-kutipan pendek yang penting dan menarik).

Banyak orang mengira Rosihan hebat karena bisa mengingat berbagai detail peristiwa berpuluh tahun lalu ketika menulis in memoriam. Padahal, menurut dia, detail itu bisa muncul karena dibantu pengetahuan karena membaca buku dan rajin membuat catatan berbagai hal dalam kartu. Sistem kartu itu ditiru dari Soedjatmoko yang baru pulang dari Cornel University, Amerika Serikat, berpuluh tahun lalu. Dalam kartu yang sudah tampak menguning itu, ia mencatat kutipan-kutipan penting dari berbagai buku dan majalah tentang berbagai hal menarik.

Baru-baru ini, ketika Roeslan Abdulgani meninggal dunia, ia sempat berpikir apa yang baru dari tokoh ini untuk ditulis in memoriam-nya karena sudah pernah ditulisnya saat Roeslan berusia 90 tahun pada 24 November 2004.

Dalam perkembangan zaman, segalanya telah berubah. Teknologi informasi telah demikian maju sehingga wartawan sekarang sebetulnya sudah lebih mudah bekerja. Fenomena tabloidisme sudah tidak bisa terhindarkan karena pengaruh televisi. Tulisan-tulisan harus pendek, tetapi tetap berisi.

Kalau di televisi ada soundbite, maka itu sekarang ditransfer ke koran. Untuk kedalamannya, ia mesti berusaha jangan terlalu multifokus, ujar suami Siti Zuraida Sanawi dengan tiga anak itu.

Berbeda dengan ketika memutuskan menjadi wartawan tahun 1943 yang idealisme untuk memerdekakan rakyat lebih menonjol, Rosihan dapat memaklumi jika perkembangan pers dewasa ini lebih memenuhi kebutuhan bisnis.

Mencermati tulisan-tulisan wartawan muda masa kini, Rosihan secara umum merasa tak puas. Banyak yang tidak menarik baginya. Betapa ruwetnya tulisan dan ada rasa ingin pamer dari si penulis. Harus dikuasai dulu materinya dengan membaca buku, nanti keluarnya mudah. Kalau tidak perlu betul, tak usah pakai bahasa Inggris, kata alumnus Algemeene Middlebare School Bagian A II Yogyakarta tahun 1942 itu.

Dari pergaulannya dengan orang-orang sosialis seperti Sjahrir pada zaman revolusi, ia mengenal faham sosialisme demokrat, yang intinya wartawan harus berjuang menegakkan martabat manusia (human dignity). Kalau saya retrospeksi ke belakang, pers sekarang sudah berubah menjadi bisnis. Wartawan menjadi buruh, ujarnya.

Meskipun demikian, menurut Rosihan, tak berarti pers sekarang tak punya idealisme karena kalau tak ada idealisme wartawan cuma buruh intelektual.
Rosihan berharap, wartawan sekarang mencari kepuasan bekerja, walaupun dia cuma bagian dari pabrik besar. Namun, tetap tidak melupakan sejarah dan tradisi pers Indonesia, yaitu mesti selalu tampil membela wong cilik. ►e-ti/retno handayani, dari berbagai sumber.

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

Read More..